Halaqahku Keluargaku, Ruh Perjuangan
Halaqahku keluargaku. Barangkali inilah ungkapan yang paling tepat untuk disematkan dengan kelompok halaqahku. Keluarga kecil yang akan menghasilkan kinerja yang besar. Keluarga kecil yang siap menelurkan karya-karya besar. Yang siap merubah peradaban. Meskipun kelompok kami hanya beranggotakan 6 orang dan satu murabbi, namun mempunyai tanggungjawab yang besar, mengembangkan dakwah islam. Tak tanggung-tanggung kelompok kecil ini membawahi 1 kecamatan yang tergolong besar.
Hal yang paling menantang, kami harus mengajak orang kembali ke Islam ditengah kegalauan dunia, ketika Islam dianggap asing, ketika umat islam menanggalkan identitas ke Islaman-nya. Terkadang timbul kegundahan dalam hati ini. Terbetik di dalam hati, sampai kapankah semua ini kami jalani?
Cukuplah ayat-ayat Allah dan janji Allah sebagai pengobat kegundahan hati ini. Surga-Nya. Ya, itulah pengobat kegundahan ini, mengharap surga-Nya.
Kami menyadari, jikalah kami bekerja sendiri apa mungkin kami bisa mengembalikan islam ke hati manusia? Amal jama’i. Barangkali kata inilah yang selalu dikumandangkan oleh Murabbi kami. Kami ditanamkan bagaimana setiap kami saling bahu membahu dalam memikul kerja-kerja dakwah. Ibarat sapu lidi, jika hanya satu lidi yang akan membersihkan onggokan sampah, jangankan membersihkan sampah, justru lidi itu akan patah sendiri. Namun jika lidi-lidi bersatu dan diikat, akan bisa membersihkan sampah seluas apapun.
Guna mempercepat perkembangan dakwah ini masing-masing kami dituntut untuk bisa “menggandakan diri” dalam artian mempunyai binaan (mutarabbi). Prinsipnya sederhana, multilevel marketting. Masing-masing kami sangat bersemangat dengan yang satu ini. Bagaimana tidak, ladang pahala. Rasulullah SAW pernah menyampaikan kepada kita, barangsiapa yang bisa mengajak kepada hidayah maka itu lebih baik daripada dunia se isinya. Subhanallah.... Bahkan ada diantara kami mempunyai lebih dari satu kelompok binaan. Berjalan dari satu liqo’ ke liqo’ yang lain. Dari satu masjid ke masjid yang lain. Ada juga yang rela meninggalkan kesenangan duniawi yang semestinya bisa ia dapat, dengan mengisi halaqah ditempat-tempat yang susah dijangkau dan medan yang berat. Tak sedikit yang harus melewati jalan-jalan yang berbatu guna sampai ke tempat tujuan dan mengisi halaqah. Ada juga yang ke pelosok-pelosok kampung, melewati perkebunan-perkebunan. Tak terhitung berapa kilometer yang telah ditempuh. Belum pernah diantara kami yang mengeluh akan hal itu. Semua dijalani dengan kesabaran dan ketegaran. Kami teringat akan sabda Nabi SAW, dunia adalah penjara bagi seorang mukmin namun syurga bagi orang kafir.
Sebenarnya anggota kelompok kami berasal dari daerah yang berbeda, suku yang berbeda. Ada yang dari Medan, Jawa, Padang, Riau, dan Jambi. Perbedaan-perbedaan diatas tidaklah lantas mencerai beraikan hati kami. Meskipun berbeda daerah dan suku, hati kami telah bersatu, ibarat satu tubuh. Jika bagian yang satu sakit, bagian yang lain akan ikut sakit. Satu ukhuwah dan satu perjuangan. Ukhuwah islamiyah lah yang menautkan hati-hati kami. Bukankah tali iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci juga karena Allah?
Satu hal yang tak pernah kami tinggalkan adalah konsistensi dalam melaksanakan halaqah disetiap pekannya. Konsistensi kami dalam menghadiri halaqah pekanan merupakan modal yang paling penting sebelum kami mendakwahkan Islam. Disinilah kami dibentuk, ditempa, dan dibina agar lebih tegar menjalani jalan dakwah ini. Semua peserta halaqah kami benar-benar menyadari hal ini. Sepanjang perjalanan bersama halaqah ini tak pernah diantara kami yang alfa (tidak hadir) dalam majelis yang barakah ini. Kalaupun ada diantara kami yang tidak bisa hadir, itupun hanya karena alasan yang syar’i saja. Sebut saja sakit berat, berbenturan dengan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan ataupun yang lainnya. Dan tentunya, kami selalu mengkomunikasikan kepada Murabbi ketika tidak bisa menghadiri halaqah. Kalau diizinkan barulah kami berani untuk tidak hadir. Hal ini dikarenakan inilah ruh kami, tempat kami di “isi ulang” semangat dakwah dan ke Islaman.
Disamping itu, intensitas interaksi kepada Allah merupakan hal yang tidak pernah kami lupakan. Masing-masing kami mempunyai target amalan-amalan sehari-hari. Mulai dari shalat berjamaah, tilawah Al-Qur’an, shalat sunnah, hafalan Al-Qur’an, dan sebagainya. Ini semua yang menjadi ruh yang menggerakkan dakwah kami. Ini pula nantinya yang akan membantu kami dalam mengajak dan menggerakan hati manusia untuk mengikuti seruan dakwah kami, kembali ke jalan Islam.
Masing-masing kami mempunyai potensi-potensi besar yang berbeda. Itu pula yang menjadi alasan mengapa kami ditempatkan di pos-pos khusus dan tertentu. Tidak ada pos yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya, sama-sama mengajak manusia kembali ke jalan Allah, Rabbul ‘Izzati. Ada yang ditugaskan sebagai pengurus partai, pengelola dakwah sekolah dan pemuda, pengelola dakwah masyarakat, pengelola internal kader, dan ekonomi sosial kemasyarakatan. Masing-masing mempunyai tanggungjawab di posnya masing-masing dan tetap terangkai dalam kerangka amal jama’i. Pos-pos inilah yang menjadi ladang amal nyata pernyataan keimanan kami. Karena itu, kami menjalani semua itu dengan ikhlas dan bersemangat.
Aku sangat senang dengan halaqahku. Halaqahku keluargaku. Halaqah tempatku beramal jama’i, berkarya, dan merubah peradaban. Ya Allah pertemukanlah dan kumpulkanlah kami beserta orang-orang sholeh di Jannah-Mu....
Perawang, 13 November 2011
Yoky Edy Saputra, S.Si
Riwayat Penulis :
Nama : Yoky Edy Saputra, S.Si
Alamat : Perumahan Villa Perawang Indah IV Kec. Tualang Kab. Siak
e-mail : yokyedysaputra@yahoo.co.id
membaca tulisan akh yoky seperti sedang menyelam dikedalaman lautan, begitu 'dalam' dan menyejukkan. tarbiyah telah membawa jiwa-jiwa untuk bersatu dalam amal jama'i. menjadi keluarga yang mengemban amanah mulia. semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi yang membangkitkan semangat untuk senantiasa memperluas dakwah ini...
BalasHapus