Perjalanan manis menuju tempat Terindah bersama Tarbiyah
Menyelami lebih dalam lagi tentang masa lalu, kami menemukan sebuah fase yang begitu berharga, fase dimana kami menjadi berarti, fase dimana kami menjadi ada, fase dimana kami menjadi manusia yang seharusnya.
Berawal pada masa yang lalu kami memiliki sebuah mimpi menjadi seorang yang sukses memiliki segala macam yang diperlukan seperti seorang “super star”, semuanya beroreantasi pada kemegahan dunia. Tapi itu semua berubah ketika seorang teman mengajak kami untuk bergabung kesebuah majelis pengajian yang pada saat itu kami menganggap hal yang aneh disaat dunia modern menuntut manusia dizamannya untuk mengikuti figure-figure orang sukses dengan segala macam kegermelapan dunia. Perubahan yang terjadi adalah dari segi oreantasi dari duniawi saja menuju oreantasi ukhrowi dengan cita-cita yang sama yaitu menjadi “super star” dimata Allah swt. Amin ya Robb…..
Selangkah demi selangkah kami menjalani jalan dakwah tarbiyah ini, jalan dimana begitu banyaknya kenangan yang indah didalamnya, kenangan yang kadang ketika kami mengingatnya membuat kami beruraian tetesan mutiara air mata, kadang ketika kami mengenang perjalanannya kami tersipu malu dan juga kadang ketika kami memutar ulang kembali dimemori kami, kami tersenyum bahagia dengan penuh suka cita dan terkadang muncul rasa rindu untuk bertemu kembali dengan saudara-saudara kami yang bersama kami pada masa yang lalu yang kini mereka diamanahkan Allah swt untuk melanjutkan dakwah bersama tarbiyah di muka bumi Allah swt yang lain. Subhanallah… aku rindu padamu saudaraku semua……..
Kami belajar begitu banyak dalam sebuah pertemuan yang indah yang sering kami sebut halaqoh atau juga liqo’. Belajar bagaimana kami mengetahui diri kami sendiri, belajar bagaimana kami mengenal Rabb kami dan bagaimana posisi kami dihadapan-Nya, belajar tentang para Nabi dan Rasul kami sehingga kami dapat mengenalnya dan mencontohnya bagaimana mereka menunaikan tugasnya untuk menggapai cinta-Nya sehingga kami dapat berupaya untuk bisa seperti mereka, belajar bagaimana mana peran diri kami ini dalam menjalankan hidup sebagai seorang muslim yang memiliki tugas yang jelas yaitu islah (perbaikan) pada diri ini dan juga islah pada pada umat ini hingga waktu memanggil kami untuk kembali kepada-Nya dengan penuh senyuman indah.
Sehingga demikian Halaqoh bagi kami bukan hanya sekedar untuk berkumpul sekali seminggu dengan membawa barbagai tugas yang diberikan dan lain sebagainya, tapi halaqoh adalah kebutuhan bagi kami untuk dapat menguatkan diri kami ini yang lemah, mengokohkan pijakan kaki kami dimuka bumi yang selama ini goyong, yang mengisi sudut ruang-ruang yang sebelumnya ini kosong di dalam hati dengan cahaya keimanan, yang mencerahkan wawasan kami dengan cahaya kebenaran dalam memahami dean Islam yang mulia ini. Subbhanallah…. Allahuakbar…
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabbmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala bagi mereka dengan tanpa batas (di akhirat)" (QS. Az Zumar:10)
Perjalanan indah dalam tarbiyah ini tentulah tidak lepas dari begitu besarnya pengorbanan seorang Murobbi yang membina, membimbing bahkan dengan ikhlasnya mereka berkorban untuk kami dan juga kami melihat dan merasakan bahwa begitu besarnya rasa cinta dan sayangnya kepada kami.
Teringat kami pada sebuah tulisan tentang nasehat Ustad Rahmat Abdullah kepada Ustad Tiffatul Sambring :
“Jadi, akh Tif, berda’wah itu mirip dengan pekerjaan seorang petani. Biji yang ditanam tidak cukup hanya dibenamkan ke tanah lalu ditinggalkan. Kemudian kita berharap akan kembali pada suatu hari untuk memetik hasilnya.
Mustahil itu ! Mustahil ! Tanaman itu harus disiram setiap hari, dijaga, dipelihara, dipagari, bahkan kalau tunas-tunasnya mulai tumbuh, kita harus menungguinya, sebab burung-burung juga berminat pada pucuk-pucuk segar itu.
Jadi, para mad`u (pengikut da’wah) kita harus di-ri’ayah (dirawat), ditumbuhkan, diarahkan, dinasehati sampai dia benar-benar matang. Dijaga alur pembinaannya, ditanamkan motivasi-motivasi, dibangun keikhlasan mereka, didengarkan pendapat-pendapatnya, bahkan kita perlu sesekali bepergian dengannya. Agar kita memahami betul watak kader da’wah kita sebenarnya……” (Rahmat Abdullah)
Kami juga teringat untaian nasehat yang begitu indah buat kami dari seorang murobbinya para murobbi di negri ini Ustad Rahmad Abdullah yang walaupun beliau sudah bahagia disisi Allah swt tapi beliau masih terus ada dihati kami, beliau berkata :
“Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang
Berkilau di pandang orang
Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi
Janganlah seperti asap
Yang mengangkat diri tinggi di langit
Padahal dirinya rendah-hina”…..(Rahmat Abdullah)
Subhanallah begitu besarnya perhatian mereka para murobbi terhadap kami, mereka selalu berfikir dan berusaha untuk senantiasa menjadikan kami menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dalam setiap marhalah yang kami lalui. Pengerbonan para murobbi kepada kami takkan sanggup kami untuk membalasnya, cukuplah Allah swt memberikan balasan yang terbaik bagi kalian para Murobbi dengan balan Surga-Nya….Amin ya Robb…
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
Sifat-sifat kefitrahan yang dimiliki seorang Murobbi sebagai seorang manusia tentulah ada, kesalahan, kekhilafan dan bentuk kekurangan diri mereka sebagai seorang manusia tentunya tetap ada selama perjalanan halaqah dalam membina kami, tapi bagi kami inilah tarbiyah yang sebenarnya, tarbiyah dimana kami dituntut untuk senantiasa mengerti bahwa sesungguhnya manusia itu tidaklah sempurna kecuali Al-mashum yaitu baginda Nabi Muhammad saw, karena kami juga menyadari bahwa kami juga tidaklah sempurna. Sesungguhnya manusia yang sempurna bagi kami adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menjadikan dirinya menjadi sempurna dimata Allah swt hingga akhir hayatnya, sehingga di akhirat nanti Allah swt membanggakan diri kita ini dihadapan para malaikatnya “ Inilah HambaKu yang dulunya taat kepada-Ku”… Amin…amin… ya Robb…
Dan juga kepada saudara-saudara kami yang kami cintai karena Allah swt, suka duka telah kita lalui bersama, terimakasih banyak kepada saudaraku semua karena dengan bersama kalian begitu banyak pelajaran berharga yang kami dapati, semangat kalian semua dalam dakwah ini mewangi dihati kami sehingga kami merasa terpacu lagi untuk senantiasa menebarkan kebaikan demi kebaikan dimuka bumi Allah swt ini. Tetaplah selalu mengingatkan kami dikala kami lupa, menguatkan kami dikala kami lemah, menghibur kami dikala kami bersedih hati dan tetaplah bersama kami hingga Allah swt nanti mepertemukan kita kembali nantinya di Jannah-Nya.
“Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu, telah berjumpa dalam taat padaMu, telah bersatu dalam dakwah padaMu, telah berpadu dalam membela syari’atMu. Kukuhkanlah, ya Allah, ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahayaMu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepadaMu dan keindahan bertawakkal kepadaMu. Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat padaMu. Matikanlah kami dalam syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah. Amin. Sampaikanlah kesejahteraan, ya Allah, pada junjungan kami, Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.”.. Amin Ya Robb…
Wahai saudaraku yang kucintai karena Allah swt, kami menanti kalian semua dalam majelis cinta, majelis yang penuh keberkahan, majelis yang penuh kerinduan sehingga kerinduan ini bermuara pada tempat berkumpul yang terindah bersama mereka yang telah terlebih dahulu merasakan indahnya balasan nikmat yang Allah swt berikan kepada meraka.
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah swt menyeru manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan.” (Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, 21/468).
Di Bumi Allah, 1 Muharram 1433 H
“ Istana Cinta Kami”
“Hadian Taufiq”
bloghadian@gmail.com, blog : www.aktivis02.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar