Bipduan PKS Bekerja untuk Indonesia

Bipduan PKS Bekerja untuk Indonesia

Minggu, 27 November 2011

Artikel My Spirit halaqah- 7: MOZAIK HIDUPKU DALAM LINGKARAN CINTA

MOZAIK HIDUPKU DALAM LINGKARAN CINTA

Sentuhan pertamaku dengan kata halaqoh adalah saat membaca sebuah majalah islam. Saat itu aku tidak begitu perduli dengan kata itu. Maklum, masih sweetseventen. Tidak tertarik dengan kata-kata yang berbau surga begitu,hehe ;). Hingga suatu hari aku merasakan bahwa kata-kata itu menjadi “ sesuatu banget “ bagi kehidupanku.
           
Hari yang aku maksudkan tadi adalah hari dimana temanku datang dengan semangat 45, mengajakku ikut kampanye sebuah partai. Bagiku, ikut kampanye itu menyenangkan. Kenapa coba? Karena banyak keuntungan yang kudapat disana. Yang pertama neh, bisa dapat makan gratis dari ketua rombongannya. Dapat baju gratis dan tentunya dapat hiburan gratis. Walhasil, hampir semua kampanye,aku tak pernah absen mengikutinya.

Nah,partai ini menurutku sedikit berbeda. Bukan hanya karena partai islam, tapi juga dikenal sebagai partai yang “ bersih’. Mobil yang membawa rombongan kamipun tiba dilokasi kampanye. Dari jendela mobil yang terbuka sedikit kacanya, aku menatap takjub. Subhanallah! Ribuan manusia berbaju putih memadati lapangan. Hatiku jadi sesak, haru. Ada semacam perasaan indah, asing dan sejuk menatap warna putih mingisi pandanganku. Apalagi sebagian besar perempuan yang ada disitu memakai jilbab lebar.

Aku turun bagai seorang asing yang baru memasuki daerah baru. Aku melihat kekanan dan kekiri. Kulihat semua peserta sedang hanyut oleh lagu-lagu yang dinyanyikan munsyid dipanggung utama. Lagu-lagu yang membuat semangat mnyala-nyala.
Aneh! Aku malah asyik memperhatikan gadis-gadis seusiaku dan ibu-ibu yang berjilbab itu. Mereka terlihat begitu anggun, menyejukkan dan lembut. Aku jadi teringat almarhum papaku yang selalu menyuruhku menutup aurat dengan sempurna. Tapi aku menolak. “pa, akukan sudah memakai jilbab” kelitku saat itu. “papa mau aku berjilbab bagaimana lagi? Lagian dikampung inikan Cuma aku yang berjilbab” jawabku saat papa menasehati aku gara-gara suatu kali papa melihatku pakai jilbab dililit dileher,pakai baju ketat dan celana jeans.
 “ pakailah jilbab yang sesuai syari’at islam nak”. Aku Cuma diam. Sebenarnya papa tak pernah memaksaku untuk memakai jilbab. Dia selalu membelikan majalah-majalah untuk muslimah dan buku-buku agama untukku. Agaknya, dia ingin aku memiliki pengetahuan agama yang kuat dan juga munculnya kesadaran berjilbab rapi itu dari diriku sendiri. Tapi yah begitulah. Pada masa itu didesaku tidak ada gadis yang berjilbab. Teman-temanku selalu nyeletuk “ aih tig, mengapolah asyik bekucung ajo kau ini?” Bekucung itu artinya berbungkus. Kata bekucung itu sering digunakan untuk menyebut cara penggunaan “kain kafan” seragam pocong yang cara penggunaanya dengan dikucung. Dikucung alias dibungkus. Yah kata sederhananya, aku ga’ mau disamakan dengan Pocong. Sehingga, memakai jilbab itu bagiku berat sekali.
Dari buku-buku keislaman yang kubaca  aku sadar, pakaian yang kukenakan hari inipun belum masuk katagori menutup aurat yang sesuai syariat.
“ mba’ mau tisu” sapa seseorang disebelahku. Aku menoleh. Seorang gadis berjilbab lebar menyodorkan tisu kepadaku. Matahari yang terik dan ramainya orang ditempat kampanye itu memang membuat peluhku bercucuran. “ terima kasih”jawabku sembari menerima tisu darinya. Dia mengangguk dan tersenyum. Aku menatapnya agak lama. Ia kelihatan anggun dan ramah. “Benar-benar muslimah yang menyenangkan”bisik hatiku.
Hm, Aneh! Aku jadi malu dengan diriku sendiri. Kapan ya aku mulai menutup aurat dengan sempurna? Pertanyaan itu membuncah dan mengincah(mengaduk) dinding kesadaranku. Sepanjang kampanye,itu aku sibuk berbicara dengan diriku sendiri. Lalu aku bertanya pada teman yang mengajakku ikut kampanye tadi, kenapa orang-orang berjilbab lebar tadi betah menggunakan jilbab selebar itu.
“ orang itu begitu katanyasih karena ikut  pengajian halaqoh”jawab temanku. Sejak itu aku punya keinginan untuk bisa ikut halaqoh.
           
Alhamdulillah, dimedan aku bisa ikut halaqoh. Hal itu bisa terjadi karena pamanku membiayaiku kuliah D1 PGTKku. Sejak kelas dua Madrasah aliah papa meninggal. Harapanku untuk melanjutkan pendidikan nyaris pupus. Pamanku yang kusapa Ammi Fahmi bersedia membiayaiku kuliah disebuah lembaga pendidikan pelatihan guru usia dini yang sebagian besarnya ikut halaqoh. Sejak kuliah disana aku mulai halaqoh.
Pertama kali halaqoh ( teman-temanku menyebutnya lingkaran cinta,karena ada banyak cinta dari ukhwah diantara anggotanya disana), aku membayangkan akan bertemu banyak orang seperti dipengajian remaja mesjid didesaku.  Ternyata hanya 6 orang!. Aku jadi tidak semangat. Tapi, tunggu dulu. Begitu selesai halaqoh itu, aku merasakan sesuatu yang lain. Yang pertama, perhatian yang luar biasa dari saudara-saudaraku diliqo’ itu. Ohya, teman-teman itu saling memanggil teman lain dengan sebutan ukhti. Terdengar syahdu dan istimewa dihati. Kedua, aku dapat rok tia buah. Karena Murobbiku sudah dapat bocoran kalo aku cuma punya tiga buah rok. Kemudian yang paling “nendang diati” sebanget-bangetnya adalah saat MR aku membahas materi yang ia mulai dengan sebuah pertanyaan. “ sudah siapkah kita bila Allah memnaggil kita hari ini?” Sebuah pertanyaan yang tak pernah terlintas dalam pikiranku. Padahal, hal itu bisa terjadi kapan saja. “maka berbuatlah kebajikan karena Allah. Sebagai bekal untuk kita kesana”pesan beliau hari itu.
            Setelah menyelesaikan kuliah diMedan, aku kembali keRiau. Didesaku belum ada halaqoh. Aku menjalani hari-hari yang “kering” tanpa halaqoh. Nilai-nilai ruhiyah yang telah kudapatkan diMedan mulai luntur. Aku nyaris Futur. Kaos kaki yang biasa aku gunakan dimedan, sesekali aku lepas saat keluar rumah. Aku bagaikan sebatang pohon beringin yang lapuk. Dalam tahajud panjangku aku bermohon agar bisa kembali berada dalam dekapan ukhwah teman-teman halaqoh. Dan Allah yang maha penyayang mengabulkan do’aku.
Dengan bantuan seorang teman yang baik hati, aku pindah keKabupaten Siak. Sebuah kabupaten baru yang dahulunya sebuah pusat kerajaan melayu islam bernama kerajaan Siak Sri Indrapura.
Mulanya, keluargaku menentang keputusanku pindah kesiak. Alasannya karena tidak ada keluarga disana. Sebagian ada yang menganggapku egois karena meninggalkan ibuku yang masih butuh bantuan keuangan. Dengan bismillah dan meminta restu ummiku, aku berangkat dengan sebuah janji akan Sukses disiak.
                       
Tahun 2007 aku mulai mengajar disebuah Tk islam terpadu disiak. Alhamdulillah,kepala Tk yang kuanggap Kakakku sendiri bersedia mencarikan halaqoh baru untukku. Melalui beliau,aku mulai banyak kenal teman-teman yang ikut tarbiah. Aku mulai aktif dikegiatan-kegiatan yang diadakan oleh yayasan Embun. Yayasan yang puya misi berdakwah kepada masyarakat,terutama kepada ibu-ibu disiak. Aku juga mulai terlibat disebuah yayasan Bina Pelajar Muslim Siak.  Disana aku ibarat ikan yang tinggal diakuarium lalu pindah kelaut. Aku senang bisa ikut menyiarkan islam kepada generasi penerus bangsa.  Ybpm seperti kompor yg membuah nyala semangat berdakwahku kian besar. Terutama dakwah bagi pelajar disiak yang dahulunya adalah sebuah kerajaan islam.
Nuansa islam kerajaan ini tergambar dari pakaian teluk belanga yang Butang ( kancing baju)nya lima perlambang rukun islam yang lima. Istana siak Atau Istana Asserayah Alhasyimiah dahulunya sebelum dibangun permanen,puncaknya berbentuk kubah seperti kubah mesjid. Aku ingin agar budaya melayu yang kental dengan nuansa islam disini tidak tergeser oleh budaya luar yang kurang baik. Nah,salah satu caranya ya dengan membangun mental dan akhlak generasi mudanya. Alhamdulillah, lewat ybpm kami melakukan maneuver-manuver dakwah yang dapat banyak dukungan. Disisi lain juga tak surut mengundang penghalang.
Awal-awal mau launching Rohis disalah satu SMU favorite siak, kami sempat dituduh islam radikal. Dan kami gagal launching. Alhamdulillah, sekarang ybpm siak yang konsens membina remaja muslim disiak telah diterima lewat kegiatan autbond, pesantren idaman pelajar yang sudah masuk episode ke 3,serta kegiatan lainnya. Berbekal sebuah dalil yang intinya“ berbuatlah, maka Allah dan Rasul akan melihat” aku semangat melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk remaja. Dan waktu Muhadoroh di Madrasah aliah dulu aku menghapal sebuah ayat “ udkhulu fiisabili robbika bilhikmah. Wajadilhum billati hiya ahsan” yang intinya sampaikan islam dengan jalan hikmah dan cara yang baik.
            Kini, Lewat halaqoh aku terus belajar menjadi muslimah yang baik. Alhamdulillah, Allah selalu memberi kemudahan dalam jalan dakwah ini. Aku punya banyak saudara yang perhatian, punya teman seperjangan yang slalu memotivasi mencari ridho Ilahi, dan mulai bisa menata hidup. Kadang sambil mengenang perjalanan halaqohku aku tersenyum. Aku menemukan hadiah-hadih kecil dalm hidupku. Salah satunya, aku bisa menjadi presenter televisi dalam sebuah acara dialg agama islam ditelevisi lokal disiak. Sebuah impianku waktu kecil. Kalo bukan Kemudahan dari Allah yang mempertemukan aku dengan halaqoh,belum tentu aku bisa begini. Halaqoh menempaku dengan berbagai ilmu agama yang bermanfaat.
            Kini, Sayap dakwah telah terentang utuh disini. Dan aku ingin terbang bersamanya, mengembalikan kejayaan islam masa lalu dibumi Allah, Siak sri indrapura.
         
 by Tigris
Penulis adalah seorang guru dari TKIT Elok di Siak. Bu Guru Tigris termasuk guru yang multitalenta, pandai mendongeng, menggambar, membuat cerita anak. Sehari-hari selain mengajar Bu Guru imut ini juga mengendalikan bisnisnya di Geray Naycol ( distributor baju anak branded ) dan mengajar TPA. Selain itu beliau juga sebagai Presenter Siak TV untuk acara Dialog Agama islam dan Trainer pelajar 0 Limit Team Yayasan Bina Muslim Pelajar Siak.

2 komentar:

  1. ihhhh......ihhhhh....
    Lawa sangat tulisan imbung nee...!!!!

    Sebelum tulisan ne saya baca, terlebih dahulu saya baca cv-nya. berangkat dari situ, saya dah yakin tulisan ini (walaupn belum dibaco) MANTAPPPPP>>>!!!!

    GOOD LUCK YA...!!!!

    BalasHapus
  2. alhamdulillah,cerpen ini jadi pemenang harapan 1. terima kasih buat dukungan para pembaca ; )

    BalasHapus